Selasa, 30 Desember 2014

INVESTASI LAHAN KARAWANG : "Keberadaan JICA Diduga untuk Amankan Investor Jepang"

KARAWANG, (PRlm).- Keterlibatan Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya dan Bandara Karawang diduga kuat mengemban misi tertentu. Konsultan asal Jepang itu disinyalir datang ke Karawang untuk mengamankan investasi negaranya yang ada di Indonesia, khususnya di daerah lumbung padi Jawa Barat tersebut.
Kecurigaan ke arah itu setidaknya diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Karawang, Agus Sundawiana, saat ditemui di kantornya, Rabu (27/2/2013). "Kepentingan JICA kemungkinan untuk mengamankan industri Jepang di Karawang," tutur Agus.
Dikatakan juga, JICA saat ini sedang berada di Karawang untuk terus mengkaji rencana pembangunan bandara, jalan tol, jalur kereta api, dan bahkan normalisasi aliran Sungai Citarum. Mereka akan bekerja hingga Agustus 2014.
Dikatakan Agus, dampak tsunami yang sempat menerjang Jepang beberapa waktu lalu, membuat negaramatahari terbit itu kalang kabut. Mereka lantas bakal merelokasi kawasan industrinya ke Indonesia khususnya di Kabupaten Karawang.
Nilai invesatasi mereka cukup besar karena akan mendirikan kawasan industri otomotif baru di daerah lumbung padi. Luas lahan yang dibutuhkan mereka mencapai ribuan hektere. Oleh karena itu, lanjut Agus, kehadiran JICA di Karawang tidak hanya sekadar melakukan kajian kelayakan pelabuhan dan bandara semata. Mereka pun menurunkan tim untuk menganalisa dampak banjir dari luapan sungai Citarum dan Cibeet.
Disebutkan, bahkan jika JICA merekomendasikan kedua sungai besar itu perlu dinormalisasi, pihak Jepang siap membantu mengucurkan dana untuk membangun turap di sepanjang bantaran ke dua sungai itu. Namun sejauh mana kemungkinan itu dapat terealisasi, Agus belum berani memastikan.
Dikatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh pihaknya, Jepang sangat takut dampak dari banjir di Karawang berpengaruh terhadap investor dari negaranya. Mereka khawatir akses jalan menuju kawasan industri yang dibangun negara sakura tersebut akan terganggu.
Apalagi, banjir besar yang terjadi satu bulan silam, berasal dari luapan permukaan sungai, bukan dari bocornya tanggul atau saluran pembuang."JICA sedang mengkaji hal itu," tutur Agus.
Ketika ditanya tentang rencana perluasan kawasan industri di Karawang seluas 6000 hektar, Agus jmenyebutkan, hingga sekarang pihaknya belum menerima informasi mengenai kepastian hal tersebut. Namun demikian kemungkinan ke arah itu bukan hal yang mustahil.
"Berdasarkan data dari Bapenas, di Karawang memang akan dibangun Gateway City seluas 1.800 hektare sebagai gerbang Jakarta. Bisa jadi, ini bagian dari konsep kawasan megapolitan," papar Agus.
Namun demikian Agus menyebutkan pula, sebelum semua megaproyek itu direalisasikan, rencana tata ruangnasional (RTRN) harus diubah terlebih dahulu. Dan kini perubahan RTRN tersebut siap digodok Pemerintah Pusat bersama DPR RI mulai Maret mendatang.
Dengan demikian, sambung Agus, ketika RTRN tersebut disyahkan, secara otomatis rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat dan RTRW Kabupaten Karawang pun berubah disesuaikan dengan RTRN.
"Ada tiga proyek besar pendukung pengembangan Karawang sebagai penyangga Jakarta. Tiga projek tersebut adalah pembangunan ruas tol Jatiasih-Pangkalan-Cikampek, rel kereta cepat jalur Jakarta-Cikampek-Bandung, dan jalan layang yang menghubungka Pelabuhan Cilamaya dengan gudang peti kemas di Cikampek," ujar Agus.
"Untuk pembangunan Pelabuhan Cilamaya dipastikan jadi kendati ijin lokasinya sampai saat ini belum turun," tegas Agus. (A-106/A-147)*** sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/224966

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons